Jumat, 01 Juni 2012

Bertaubat, Lalu Bermaksiat Lagi Dengan Dosa Serupa

Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya, serta umatnya hingga akhir zaman.
Ada seorang wanita terjerumus ke dalam perbuatan maksiat. Lalu ia menyesalinya sehingga hal itu menimbulkan gejolak dalam jiwanya. Kemudian ia bertaubat, menyesal dan bertekad untuk tidak mengulanginya. Tetapi, di lain waktu ia terjerumus kembali dalam perbuatan maksiat serupa untuk kedua atau ketiga kalinya. Sehingga lama kelamaan tidak lagi ada rasa menyesal dan gejolak dalam dirinya sebagaimana yang dahulu. Tetapi ia masih tetap melazimi taubat sesudah mengerjakan maksiat tersebut, walaupun tidak ada rasa penyesalan lagi. Ia sangat sadar dan paham, taubat tidak akan diterima kecuali terpenuhi syarat-syaratnya, di antaranya adalah penyesalan. Jika demikian bagaimana hukum taubat semacam ini? Apakah taubatnya bisa diterima? Apa yang harus dia lakukan?
Sesungguhnya kewajiban bagi seseorang yang sudah terjerumus ke dalam perbuatan maksiat agar ia menyesalinya, yakni dengan penyesalan yang sesungguhnya atas perbuatannya yang telah dikerjakannya itu. Ia bertekad untuk meninggalkannya dengan sepenuhnya karena takut kepada Allah dan bentuk pengagungan kepada-Nya. Lalu ia tanamkan dalam dirinya untuk tidak mengulanginya kembali jika datang situasi dan kondisi serupa. Di samping itu ia beristighfar dan meminta ampun kepada Allah atas kekhilafannya. Jika demikian kondisinya, pastilah Allah akan mengampuni kesalahannya tersebut.
Jika ternyata ia terjerumus kembali ke dalam perbuatan maksiat serupa untuk kedua kalinya, maka ia telah melakukan dosa yang baru. Sementara dosanya yang lalu yang ia sudah bertaubat darinya dengan taubat tulus telah terhapus dan hilang. Namun tetap baginya untuk bersungguh-sungguh dan jujur untuk tidak terjerumus kembali. Yang perlu juga dilakukan, ia senantiasa meminta pertolongan dan taufiq kepada Allah Ta'ala. Tidak perlu ia menyiksa diri dan merana berkepanjangan karena maksiat yang telah diperbuatnya. Hendaknya ia mengingat berita gembira bagi orang-orang yang bertaubat, di antaranya firman Allah Ta'ala:
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
"Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung." (QS. Al-Nuur: 31)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأَنْهَارُ
"Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. . . " (QS. Al-Tahrim: 8)
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللهِ إِنَّ اللهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
"Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Az-Zumar : 53)
Dalam ayat di atas, Allah 'Azza wa Jalla  menjanjikan taubat dan ampunan kepada hamba-hamba-Nya apabila mereka bertaubat dan memohon ampun kepada-Nya dengan tulus dan penuh penyesalan. Dalam ayat di atas juga terdapat larangan berputus asa dari rahmat Allah, bahwa Dia pasti akan mengampuni dosanya. Sedangkan Allah adalah tidak akan bohong dalam janji-Nya.
Dalam khazanah hadits Nabawi juga terdapat banyak keterangan tentang keutamaan taubat dan pahala besar yang ada di dalamnya. Diriwayatkan dari Abu Sa'id Al-Khudri Radliyallah 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ النَّهَارِ وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ اللَّيْلِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا
"Sungguh Allah 'Azza wa Jalla membentangkan tangan-Nya pada malam hari untuk merima taubat pelaku dosa di siang hari, dan akan membentangkan tangan-Nya pada malam hari untuk menerima taubat pelaku dosa di malam hari." (HR. Imam Muslim)
Diriwayatkan dari Rifa'ah Al-Juhni, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
إِنَّ اللهَ يُمْهِلُ حَتَّى إِذَا ذَهَبَ مِنْ اللَّيْلِ نِصْفُهُ أَوْ ثُلُثَاهُ قَالَ لا يَسْأَلَنَّ عِبَادِي غَيْرِي مَنْ يَدْعُنِي أَسْتَجِبْ لَهُ مَنْ يَسْأَلْنِي أُعْطِهِ مَنْ يَسْتَغْفِرْنِي أَغْفِرْ لَهُ حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ
"Sungguh Allah akan memberi tangguh, sehingga berlalu setengah atau sepertiga malam, lalu berfirman: 'Hambaku tidak meminta kepada selain-Ku, maka siapa saja yang berdoa kepada-Ku pasti kan Ku kabulkan, siapa saja yang meminta kepadaku pasti kan kupenuhi permintaannya, siapa saja yang memohon ampun pada-ku pasti kan kuampuni sehingga terbit fajar'." (HR. Imam muslim dan Ibnu Majah)
Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radliyallah 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
لَلَّهُ أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ حِينَ يَتُوبُ إِلَيْهِ مِنْ أَحَدِكُمْ كَانَ عَلَى رَاحِلَتِهِ بِأَرْضِ فَلاةٍ فَانْفَلَتَتْ مِنْهُ وَعَلَيْهَا طَعَامُهُ وَشَرَابُهُ فَأَيِسَ مِنْهَا فَأَتَى شَجَرَةً فَاضْطَجَعَ فِي ظِلِّهَا قَدْ أَيِسَ مِنْ رَاحِلَتِهِ فَبَيْنَا هُوَ كَذَلِكَ إِذَا هُوَ بِهَا قَائِمَةً عِنْدَهُ فَأَخَذَ بِخِطَامِهَا ثُمَّ قَالَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ اللَّهُمَّ أَنْتَ عَبْدِي وَأَنَا رَبُّكَ أَخْطَأَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ
"Sungguh Allah sangat gembira dengan taubat hambanya ketika bertaubat kepada-Nya, melebihi senangnya seorang hamba yang bepergian dengan kendaraannya di sebuah negeri yang gersang, lalu kendaraannya tadi hilang, padahal bekal makan dan minumnya berada di atasnya, lalu ia patah harapan untuk mendapatkannya, lalu ia berteduh di bawah pohon dengan diliputi kekecewaan. Ketika seperti itu, tiba-tiba kendaraannya berdiri di sampingnya, lalu ia pegang tali kendalinya, kemudian berkata dengan gembiranya : "Ya Allah, Engkau adalah hambaku sedangkan akku adalah tuhan-Mu!! Dia telah melakukan kesalahan karena terlalu gembira." (HR. Muslim)
Sebenarnya ia ingin berkata: "Ya Allah, Engkau Tuhanku dan aku hamba-Mu". Tapi, lidahnya terbalik seperti di atas karena kegembiraan yang luar biasa. Maka Allah lebih gembira dengan taubat hamba-Nya melebihi kegembiraannya.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallah 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
لَوْ أَخْطَأْتُمْ حَتَّى تَبْلُغَ خَطَايَاكُمْ السَّمَاءَ ثُمَّ تُبْتُمْ لَتَابَ عَلَيْكُمْ
"Seandainya kalian semua melakukan kesalahan (dosa), sehingga dosa kalian mencapai setinggi langit, kemudian kalian bertaubat pasti Allah akan mengampuni kalian." (HR. Ibnu Majah dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam al-Shahihah: 2/604)
Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radliyallah 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
"Setiap anak Adam pasti memiliki kesalahan, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah mereka yang mau bertaubat." (HR. Ibnu Majah  dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam al Misykah dan shahih sunan Ibni Majah)
Diriwayatkan dari Abu Ubaidah bin Abdillah dari ayahnya, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
التَّائِبُ مِنْ الذَّنْبِ كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ
"Orang yang bertaubat dari dosa adalah seperti orang yang tidak memiliki dosa." (HR. Ibnu Majah dan Al-Baihaqi)
Maka kewajiban atas orang mukmin yang berdosa, termasuk wanita di atas, adalah bertaubat dengan jujur dan tulus, menyesal dan meninggalkan perbuatan maksiat yang ia bertaubat darinya, bertekad kuat untuk tidak mengulanginya, merendahkan diri kepada Allah dalam meminta taufiq dan terbebas dari maksiat itu. Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla  adalah Dzat Yang Maha Pemurah bagi siapa yang sungguh-sungguh memohon dan berdoa kepada-Nya Subhanahu wa Ta'ala. Wallahu Ta'ala A'lam.
[voa-islam.com]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar