Terkadang, begitu mudah seseorang menuntut hak mereka, namun  sangat 
sedikit sekali, yang tahu tentang detail kewajiban yang harus  
dilakukan. Terkadang juga, begitu gampang bagi kita menyalahkan orang  
lain atas sebuah alfa yang mereka lakukan, atau justru malah yang telah 
 kita lakukan. Pun begitu pula jika kesalahan hidup terpampang jelas  
dalam deretan kata- kata yang di utarakan untuk kita atas nama kritik.  
Seribu satu pemikiran kita kemukakan, berharap dengan itu kita tak jadi 
 lagi seorang pesakitan yang begitu dipojokkan atas sebuah dosa yang  
bernama salah.
Kita pikir siapa kita ini? kita hanyalah manusia 
yang sepintar-  pintarnya kita, kelemahan itu akan tetap ada. Kita 
hanyalah manusia yang  sejeli- jelinya kita dalam mengatur sesuatu, 
celah keteledoran pastilah  tetap ada. Dan begitulah memang dunia, tiada
 yang akan pernah sempurna.  Dan jika bukan karena karunia Allah, 
manusia tidak akan menjadi tahu,  walaupun banyak dari mereka yang 
mengaku dan merasa paling tahu. Manusia  adalah serba tidak mampu, 
walaupun banyak dari mereka yang mengaku dan  merasa paling mampu. 
Dan
 seorang perwira adalah memang bukan orang yang lemah, dan atau  
melemahkan diri. Tapi seorang perwira, adalah yang bisa dengan jantan  
mengakui kelemahan dan kesalahan saat ternyata dia salah. Seorang  
perwira adalah yang dengan mudah meminta maaf, namun tak menyepelekan  
kemudahan sebuah permintaan maaf itu.
Dan bahkan sebuah maaf 
bukanlah perendahan atas diri kita, melainkan  pemuliaan yang tiada 
batas. Pemuliaan adalah berarti kedamaian. Didalam  kehidupan keluarga, 
jika sepasang suami istripun dengan mudah legowo  atas kekurangan dan 
kelebihan masing- masing, serta mengetahui dan  menyadari tentang 
kewajiban mereka dan bukan semata- mata tentang hak  mereka saja, maka 
insyaallah mereka akan banyak belajar tentang  kemuliaan maaf, bersyukur
 dan berterima kasih.
Namun sebaliknya jika keduanya hanya sibuk 
menunjuk hidung tentang  siapa yang salah, dan menghitung serta menuntut
 hak yang mungkin memang  menjadi hak mereka, bisa saja hal ini malah 
akan memicu keributan dan  perselisihan.
Maka, jika anda memang 
ingin menjadi pribadi yang baik,ikhlaskanlah  diri untuk hidup dalam 
kebaikan, berbicara dengan kata yang baik,  berlaku dengan sikap yang 
baik, berdoa dengan permohonan yang baik,  untuk diri dan sesama kita. 
Karena tidak akan ada kebaikan yang  dilakukan, kecuali kebaikan itu 
akan kembali melayani si pelakonnya  sendiri. Dan tidak akan ada 
kejahatan, kecuali keburukan akan  memburukkan hidup pelakunya kembali.
Tidak
 masalah jika semua orang disekeliling kita itu jahat. Yang  menjadi 
masalah adalah ketika diri kita memutuskan untuk melebur seperti  mereka
 dan bersama kejahatan mereka. Ketika kita terpaksa tampil dalam  
lingkungan yang sebenarnya tidak membaikkan kita, atau ketika harus  
bersama dengan pasangan hidup yang tidak mendamaikan kita, maka sungguh,
  pemecahannya adalah bukan pada diri mereka. Namun yang harus pertama  
dilakukan adalah tentang diri kita sendiri. Bagaimana nantinya kita  
tetap bertahan dan kuat, serta istiqomah dalam kebaikan, atau malah  
justru bertambah membaikkan mereka yang telah terbiasa tidak membaikkan 
 diri.
Dan akhirnya, bagai sebuah aliran air, kebaikanpun 
memiliki muaranya.  Dan muara itu adalah kedamaian pada hati orang - 
orang yang  memilihnya. Dan itulah bukti bahwa Allah akan senantiasa 
menjadi  pelindung bagi jiwa- jiwa yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar