Aku bukan orang sabar
Ketika  jiwa letih dengan berbagai hal 
yang semakin menyibukkan kita, maka  berilah jeda kepada diri untuk 
sejenak mengkaji berbagai kesulitan yang  semakin menumpuk dan 
memberatkan itu. Mungkin disana ada sisi kurang  sabar kita dalam 
menghadapi sesuatu yang justru semakin merunyamkan  suasana. Mungkin 
disana ada kelemahan jiwa kita yang menyeruak dan  mengakibatkan kita 
bertekuk lutut dalam hasil karya diri yang justru  merendahkan. 
sabar,
  pelajaran jiwa yang mungkin mudah di ucapkan namun sangat sulit sekali
  untuk di realisasikan. Namun disanalah justru letak salah satu  
keabadian. Cerita kebaikan yang akan abadi saat pelakunya sudah tiada,  
efek kebaikan yang abadi saat pelakunya masih bernafas ataupun telah  
berkalang tanah. Karena siapa yang dapat membunuh mati kemuliaan jiwa  
orang- orang yang sabar? Malah yang ada adalah, jiwa liar kita semakin  
lelah, dan semakin bingung disaat harus ber benturan dengan manusia yang
  serba sabar. selanjutnya, rasa malu dan kerendahan diri akan menjadi  
efek samping yang akan pasti menjadi hak milik kita. Hak milik kita, dan
  bukan dia.
Bersabar  adalah bukan tentang bangga mengakui bahwa
 kita bisa bersabar. Namun  bersabar adalah tentang melatih jiwa yang 
angkuh mengakui kelebihan diri  untuk bisa bersabar, dan legowo mengakui
 bahwa kesabaran dalam diri  kita adalah hanya karena rahmat Allah.
Bersabar
  adalah alternatif termudah dari sebuah jalan keluar bagi manusia yang 
 tidak mampu menemukan jalan keluar. dan sabar adalah justru satu-  
satunya pertahanan yang paling kuat, ketika seseorang tidak mampu lagi  
mengatasi masalahnya.
Bersabar adalah saham yang anda tanam di masa depan, atas sebuah nilai kemuliaan dan ketinggian derajat diri anda pribadi.
Bersabar
  adalah bukan tentang mengerti orang lain, namun adalah tentang  
memuliakan jiwa kita sendiri yang sungguh sedang liar demi mengangkat  
derajat kita sendiri di hadapan Allah.
Bersabar  adalah bukan 
hanya tentang menahan amarah, namun di dalamnya terkandung  maksud untuk
 membengkokkan kerasnya gengsi, dan menyadari bahwa diri  hanyalah 
seorang hamba yang harus belajar minta maaf, dan mengajarkan  hati dalam
 luasnya memaafkan.
Maka  berbahagialah ketika masih ada dari 
batin kita yang berteriak protes  dan mengatakan bahwa kita belumlah 
menjadi orang yang sabar. Hal itu  berarti bahwa jiwa kebaikan masih 
hidup dalam diri kita. Dan mungkin  sebenarnya kehendak kita sendirilah,
 suara kebaikan itu mati. Entah  karena ketidakmauan kita menindak 
lanjuti "pemberitahuan" mereka, atau  ketidaktahuan kita atas ilmu untuk
 menyikapi suara " pengumuman"  tersebut. Dan maka benarlah bahwa Allah 
adalah maha membolak- balikkan  hati, maka tidak ada yang patut untuk 
bermohon tentang supaya meneguhkan  hati untuk mudah berkarib dengan 
kebaikan, kecuali hanya kepada Allah.
Berbahagialah  ketika masih
 sempat kita bermohon kepadanya, karena kita menyadari akan  kesempatan 
kita yang masih ada untuk memohon. Bayangkan jika kehendak  itu baru 
muncul setelah nafas sudah hampir lepas dari tenggorokan. Apa  jadinya 
pula ketika permohonan itu baru melekat di mulut kita tapi  setelah kita
 berada di alam kubur dan bertemu dengan  para malaikat?  Maka jangan 
banyak salahkan diri anda terus menerus karena  sabar, yang  pertama 
yang harus diterapkan justru adalah kepada diri sendiri. rasa  sesal dan
 terpuruk tanpa ada kelanjutan untuk bangkit, hanya akan  membawa kita 
semakin terpuruk. Namun juga jangan kasihani diri dengan  terlalu, 
karena hal itu juga akan menjadi poin tambahan yang melembekkan  jiwa 
dan mengikis semangat.
Bersabar adalah sama sekali bukan tentang sifat, tapi adalah tentang sebuah keputusan. Maka buatlah keputuskan anda!.
Pandai
  bersabar adalah juga bukan bakat, tapi logika sehat yang sangat  
mengerti tentang akibat.  karena sudah berapa banyak kasus ceroboh yang 
 mempersulit diri, dan apakah harus kita lakukan lagi dan lagi karena  
kita kurang bersabar?
Sabar  adalah hak milik pribadi yang 
beriman, salah satunya adalah tentang  keyakinannya akan janji Allah 
yaitu, “Bersama setiap kesulitan, datang  kemudahan”. Hal inilah yang 
membentuk jiwa ramah mereka untuk melihat  kehidupan ini yang seharusnya
 akan pasti mudah, karena tidak akan ada  niatan Allah untuk menyulitkan
 Kita.
Ketika jiwa letih dengan berbagai hal yang  semakin 
menyibukkan kita, maka berilah jeda kepada diri untuk sejenak  mengkaji 
berbagai kesulitan yang semakin memberatkan itu. Mungkin disana  ada 
sisi kurang sabar kita dalam menghadapi sesuatu yang akhirnya  semakin 
merunyamkan suasana. Atau mungkin disana ada kelemahan jiwa kita  yang 
menyeruak dan mengakibatkan kita bertekuk lutut dalam hasil karya  diri 
yang justru merendahkan. 
Sabar, pelajaran jiwa yang mungkin 
mudah di  ucapkan namun sangat sulit sekali untuk di realisasikan. Namun
  disanalah justru letak salah satu keabadian. Cerita kebaikan yang akan
  abadi saat pelakunya sudah tiada, efek kebaikan yang abadi saat  
pelakunya masih bernafas ataupun telah berkalang tanah, dan lain  
sebagainya. Karena, siapakah yang dapat membunuh mati, kemuliaan jiwa  
orang- orang yang sabar? Malah yang ada adalah, jiwa liar kita semakin  
lelah, dan semakin bingung disaat harus berbenturan dengan manusia yang 
 serba sabar. Selanjutnya, rasa malu dan kerendahan diri akan menjadi  
efek samping yang akan pasti menjadi hak milik kita. Menempel sebagai  
citra kita, dan bukan dia.
Bersabar adalah bukan tentang bangga  
mengakui bahwa kita bisa bersabar. Namun bersabar adalah tentang melatih
  jiwa yang angkuh mengakui kelebihan diri untuk bisa bersabar, dan  
legowo mengakui bahwa kesabaran dalam diri kita adalah hanya karena  
rahmat Allah.
Bersabar adalah alternatif termudah dari  sebuah 
jalan keluar bagi manusia yang tidak mampu menemukan jalan  keluar. Dan 
sabar adalah justru satu- satunya pertahanan yang paling  kuat, ketika 
seseorang tidak mampu lagi mengatasi masalahnya.
Bersabar adalah saham yang anda tanam di masa depan, atas sebuah nilai kemuliaan dan ketinggian derajat diri anda pribadi.
Bersabar
 adalah bukan tentang mengerti  orang lain, namun adalah tentang 
memuliakan jiwa kita sendiri yang  sungguh sedang liar demi mengangkat 
derajat kita sendiri di hadapan  Allah.
Bersabar adalah bukan 
hanya tentang menahan  amarah, namun di dalamnya terkandung maksud untuk
 membengkokkan  kerasnya gengsi, dan menyadari bahwa diri hanyalah 
seorang hamba yang  harus belajar minta maaf, dan mengajarkan hati dalam
 luasnya memaafkan.
Maka berbahagialah ketika masih ada dari  
batin kita yang berteriak protes dan mengatakan bahwa kita belumlah  
menjadi orang yang sabar. Hal itu berarti bahwa jiwa kebaikan masih  
hidup dalam diri kita. Dan mungkin sebenarnya kehendak kita sendirilah, 
 suara kebaikan itu mati. Entah karena ketidakmauan kita menindak 
lanjuti  "pemberitahuan" mereka, atau ketidaktahuan kita atas ilmu untuk
  menyikapi suara " pengumuman" tersebut. Dan maka benarlah bahwa Allah 
 adalah maha membolak- balikkan hati, maka tidak ada yang patut untuk  
bermohon tentang supaya meneguhkan hati untuk mudah berkarib dengan  
kebaikan, kecuali hanya kepada Allah.
Berbahagialah ketika masih 
sempat kita  bermohon kepadanya, karena kita menyadari akan kesempatan 
kita yang  masih ada untuk memohon. Bayangkan jika kehendak itu baru 
muncul setelah  nafas sudah hampir lepas dari tenggorokan. Apa jadinya 
pula ketika  permohonan itu baru melekat di mulut kita tapi setelah kita
 berada di  alam kubur dan bertemu dengan  para malaikat? Maka jangan 
banyak  salahkan diri anda terus menerus karena  sabar, yang pertama 
yang harus  diterapkan justru adalah kepada diri sendiri. rasa sesal dan
 terpuruk  tanpa ada kelanjutan untuk bangkit, hanya akan membawa kita 
semakin  terpuruk. Namun juga jangan kasihani diri dengan terlalu, 
karena hal itu  juga akan menjadi poin tambahan yang melembekkan jiwa 
dan mengikis  semangat.
Bersabar adalah sama sekali bukan tentang sifat, tapi adalah tentang sebuah keputusan. Maka buatlah keputuskan!.
Pandai
 bersabar adalah juga bukan bakat,  tapi perenungan seorang pemilik 
logika sehat yang sangat mengerti  tentang akibat.  Karena sudah berapa 
banyak kasus ceroboh yang  mempersulit diri, dan apakah harus kita 
lakukan lagi dan lagi karena  kita kurang bersabar?
Sabar adalah 
hak milik pribadi yang  beriman, salah satunya adalah tentang 
keyakinannya akan janji Allah  yaitu, “Bersama setiap kesulitan, datang 
kemudahan”. Hal inilah yang  kemudian membentuk jiwa ramah dalam diri 
kita untuk melihat kehidupan  ini yang seharusnya akan pasti mudah, 
karena tidak akan ada niatan dari  Allah untuk menyulitkan Kita. Dan 
sebagai hasil akhir, kedamaian pun  akan selalu meliputi jiwa.
Jadi, masihkah kita tidak mau bersabar?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar