Jumat, 01 Juni 2012

Empat Cara Bermimpi Nabi Muhammad SAW

Ada seseorang yang bertanya kepada saya mengenai cara bermimpi Rasululah SAW. Awalnya saya bingung untuk menjawab pertanyaan yang satu ini. Pasalnya, saya sendiri belum pernah mengalaminya sampai saat ini. Maka saya mencoba membuka beberapa literature dan bacaan yang dapat membantu dalam menjawabnya.

Semalam, saya membuka majalah Cahaya Nabawiy Edisi 85 Bulan Rajab 1431 H/ Juli 2010. Dalam rubrik Syakwah yang ada pada edisi itu, ada pertanyaan berbunyi, “Bagaimana cara agar kita bisa bermimpi Nabi SAW?” Jawaban yang diberikan cukup panjang lebar. Selain dari majalah Cahaya Nabawiy, saya juga berusaha mencari jawaban tentang masalah ini dari kitab berjudul Al-Fawaaid Al-Mukhtaarah Li Saalik Thariiq Al-Aakhirah. Saya coba meringkasnya dalam catatan sederhana, seperti berikut ini.

Cara pertama untuk bisa bermimpi Nabi Muhammad SAW adalah memperbanyak membaca shalawat di waktu pagi, siang, sore, dan malam. Paling sedikit dalam sehari kita membaca 1000 kali shalawat yang dibagi di dalam waktu-waktu tersebut dan dalam berbagai keadaan, bisa dalam keadaan duduk, berdiri, berjalan, berbaring, dan sebagainya.

Sebagian para ulama berkata, “Membaca shalawat Ibrahimiyyah sebanyak 1000 kali dapat menjadi sebab bermimpi Nabi SAW.” Meski demikian, usahakan cara pertama ini dilakukan dalam keadaan hati yang khusyu`, hadir, dan merenungi betul makna di balik shalawat yang sedang dibaca.

Cara kedua, membaca maulid, sirah, kisah perjalanan Rasulullah SAW. Membaca maulid dengan memahami makna yang terkandung di dalamnya, membuat kita berusaha menghadirkan nabi dalam tiap langkah bahkan di tiap hembusan nafas. Dengan membaca maulid disertai pemahaman artinya, kita bisa belajar tentang perjuangan, pengorbanan, dan akhlak yang telah dicontohkan oleh nabi. Habib Anis bin Alwi Al Habsyi (Cucu Pengarang Maulid Simtud Duror) berkata, “Jika seseorang membaca maulid maka menangislah, jika dia tidak bisa menangis maka belajarlah untuk menangis.”

Cara ketiga adalah mengikuti arahan dan bimbingan Rasulullah SAW yang telah beliau wariskan. Tidak lain warisan itu adalah sunnah-sunnah, tradisi-tradisi yang telah disiarkan kepada kita. Kita dapat mengawalinya dari hal-hal yang kecil, seperti meniru nabi dalam hal makan, minum, berjalan, tidur, berdagang, berbicara, bersin, masuk dan keluar kamar mandi, masuk masjid, hormat pada ayah-ibu, mencintai majlis ilmu, dan sebagianya.

Para Salafus Shaleh sangat memiliki ikatan kuat dengan rasul. Salah satunya adalah Syaikh Abu Bakar bin Salim yang pernah berkata, “Jika satu detik saja Rasulullah SAW hilang dari pikiranku, maka aku tidak lagi menganggap diriku sebagai seorang mukmin.” Dengan kata lain, Syaikh Abu Bakar berusaha menyelaraskan ucapan dan perbuatannya dengan ucapan dan perbuatan Nabi Muhammad SAW.

Melihat keistiqamahan ulama tersebut dalam menghidupkan sunnah rasul, tak heran jika mereka bukan saja bermimpi nabi namun juga bertatap muka secara langsung, bertemu wajah dengan wajah yang mulia SAW. Habib Alwi bin Syihab berkata bahwa sebagian kaum arifin pernah ditanya, “Adakah sesuatu yang lebih nikmat dari kenikmatan yang ada di surga?” Dijawab, “Ada. Yaitu, bertemu Nabi Muhammad SAW secara langsung dalam keadaan terjaga.”

Keempat, memiliki rasa rindu yang hebat kepada Nabi Muhammad SAW. Orang yang mengaku cinta pastilah ia akan selalu memikirkan dan merindukan orang yang dicintai. Demikian halnya dengan orang yang ingin bermimpi nabi, ia patut mencintai dan merindukan nabi dalam segala kondisi. Kecintaan itu akan lahir manakala dibuktikan lewat aksi nyata di kehidupan sehari-hari, bukan sekadar di bibir lalu hilang tak berbekas.

Dikisahkan, seorang murid meminta amalan kepada gurunya untuk bisa bermimpi nabi. Sang guru mengatakan kepadanya agar memakan ikan asing tanpa minum apa-apa. “Setelah kamu makan ikan asing ini, kamu tidak boleh minum. Ini bagian dari riyadhah (latihan) kamu untuk bermimpi nabi.”

Si murid menuruti arahan gurunya. Ia makan ikan asing tanpa minum. Setelah itu ia pulang ke rumahnya, di tengah perjalanan pulangnya ia bertemu dengan seorang penjual es, lalu terbayang kenikmatan meminum es. Begitu sampai di rumahnya, ia merebahkan tubuhnya dan tidus pulas. Dalam tidurnya ia bermimpi minum es dingin seperti yang ia idam-idamkan akibat haus yang sangat. Usai terjaga dari tidurnya, si murid betul-betul kecewa karena ia tak berhasil bermimpi nabi justeru bermimpi minum es.

Ia temui gurunya dan mengisahkan semua yang terjadi dalam perjalanan dari rumah gurunya termasuk soal mimpi minum es-nya. Mendengar uraiannya, sang guru berkata, “Andai saja kerinduanmu untuk menikmati es tadi dapat dikalahkan oleh kerinduan bermimpi nabi, maka tentu engkau akan bermimpi nabi.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar