Senin, 04 Juni 2012

Maafkanlah Kesalahan Saudaramu Atau Temanmu

Maafkanlah Kesalahan Saudaramu Atau Temanmu

oleh Kori Ara Rizki pada 18 April 2012 pukul 9:40 ·
Orang yang mudah mendapatkan kebahagiaan hidup, dan kepuasan jiwa adalah mereka yang suka memaafkan saudaranya atau temannya. Karena itu biasakanlah menjadi pemaaf kepada mereka, niscaya hatimu bahagia. Hatimu terbebas dari rasa was-was, dan perasaan yang membebani.
          Memaafkan adalah suatu perbuatan yang mudah, tetapi jika engkau tidak berjiwa besar, tentu sulit melakukannya.
          Hendaknya engaku jangan menjauhi saudaramu/temanmu lantaran ia mempunyai sifat tercela yang tidak kau sukai. Jangan hanya melihat kelemahan, dan sifat tercela pada teman/saudaramu. Namun carilah sifat yang terpuji, yang dimiliki. Sebab seseorang itu, di samping memiliki sifat tercela, juga memiliki sifat terpuji. Kesalahan sedikit akan terhapus oleh kebaikan yang banyak. Ingatlah tidak ada orang yang memiliki kepribadian sempurna di dunia ini. Termasuk dirimu.
          Al-Kindi berkata, “Bagaimana mungkin engkau menginginkan agar orang lain hanya memiliki satu sikap terhadap dirimu, padahal setiap manusia memiliki empat tabiat. Sedangkan jiwamu saja tidak dapat engaku kuasai, apalagi jiwa orang lain.”

(Yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa, dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu maha luas ampunanNya. Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah, dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu, maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.
[QS. An-najm : 32]

          Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah, dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan “salam” kepadamu : “Kamu bukan seorang mukmin” (lalu kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, karena di sisi Allah ada harta yang banyak. Begitu juga keadaan kamu dahulu, lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kamu, maka telitilah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
 [QS. An-Nisa : 94]
       Oleh karena itu, cukuplah engkau memandang kebaikan-kebaikan temanmu. Sebaliknya, hindarilah mencari keburukan-keburukannya yang sedikit.
          Abu Darda’ berkata, “Teguran temanmu itu lebih baik daripada engkau kehilangan dirinya. Sesungguhnya mustahil bila seseorang menghendaki temannya sama persis seperti dirinya.”
          Sebagian orang berkata, “Janganlah engkau menjauhkan diri dari orang yang selama ini kau puji kebaikannya, dan ketahui keutamannya hanya karena ada sesuatu aib pada dirinya, atau dosa kecil yang telah diperbuatnya. Sebab, selainnya engaku tidak akan menemui orang yang bersih dari kesalahan sekalipun ia orang yang terkenal memiliki keutamaan.”
          Jangan sibuk mencari kelemahan saudaramu/temanmu, tetapi sebaiknya engkau menyibukkan meneliti kelemahanmu sendiri. Dengan merenung, dan intropeksi diri, engkau dapat melakukannya. Dengan demikian engkau mau menerima, dan memaafkan kasalahan orang lain.

          Sebuah syair mengungkapkan :
          Setiap sifat seseorang, disukai banyak orang.
          Cukuplah seseorang ditegur aibnya, bukan dimusuhi.

          An-Nabighah adz-Dzubyain berkata, “ Dan bukankah aku orang yang melombakan saudaraku dengan sekumpulan orang-orang yang terpelajar.”
          Sekali lagi, setiap orang tidak hanya memiliki satu sifat. Kekurangan yang dimiliki oleh temanmu haruslah engkau maklumi, selanjutnya engkau maafkan.
          Jangan khawatir pergaulanmu itu menimbulkan keburukan. Hilangkan prasangka di dalam hatimu. Kata hikmah menyebutkan, “Janganlah engkau berburuk sangka pada temanmu yang telah engkau anggap baik sebelumnya.”
Jakfar bin Muhammad berkata kepada anaknya, “Wahai anakku, jika ada seseorang marah kepadamu sampai tiga kali, tetapi ia tidak mengatakan kepadamu kecuali kebenaran, maka ambilah sebagian teman.”
Al-Hasan bin Wahab berkata, “Salah satu hak berteman adalah memberikan maaf atas kesalahan yang terjadi, dan tidak mencelanya.”
Ali ra. menyitir ayat, “Maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik.” QS. Al-Hijr : 86. Ia mengartikan : adalah ikhlas terhadap perbuatan teman tanpa harus memperingatkannya.”
Ibnu ar-Rumi berkata, “Diantara bentuk ketidak-insafan seseorang adalah bahwa menghendaki agar orang lain tidak memiliki kesalahan sama sekali.”

Dalam syair disebutkan :
Hubungan kita dalam beberapa hari masih tepat,
tetapi hujan, musim semi telah meninggalkan kita.
Kebenarannya menyelamatkanmu,
tetapi engkau melihatnya
dalam kesakitan yang hampir merenggutnya.
Berlindunglah kepada Allah,
engaku akan menemiu
orang yang engkau marahi
dalam ketenangan orang yang taat kepada penciptanya.

Allah SWT. berfirman :

Sekiranya tidaklah karena karunia Allah, dan rahmatNya kepada engakusekalian, niscaya tidak seorang pun darimu bersih (dari perbuatan-perbuatan) keji, dan munkar selama-lamanya.
[QS. An-Nur : 21]

Maka janganlah engakau mengatakan dirimu suci. Dialah Yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.
 [QS. An-Najm : 32]

“Sesungguhnya tidak akan masuk syurga seorang pemutus. Yaitu seorang pemutus tali silaturahmi.”
[HR. Bukhari-Muslim]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar