Dalam catatan amalan keseharian kita ada kalanya kita mengalami
fluktuasi dalam melakukan aktifitas dan ibadah. Dalam satu waktu kita
merasa sangat bersemangat dan di kesempatan lain tiba-tiba semangat
menurun.ada yang perlahan-lahan, ada pula yang turun secara drastis,
barangkali ada beberapa waktu kita merasa sangat bersemangat tetapi
secara berangsur waktu semangat itupun mulai memudar luntur dengan
waktu itu sendiri. Dahulu kita bersemangat melakukan
shaum,berdakwah,halaqah dan lainya. Namun belakangan menjadi surut dan
tak berbekas.
Jika disaat kita bersemangat menjaga
konsistensi dijalur syar’i insyaallah kita akan selamat dan tak mudah
putus arang. Namun jika tidak betapa banyaknya yang dahulunya rajin
menjadi malas,beramal dalam kebaikan tiba-tiba menjadi terbalik seratus
delapan derajat itulah sebuah penyakit hati dan hilangnya amalan dalam
kebaikan yaitu penyakit Futur.
Seorang muslimah yang
dahulunya memakai jilbab rapi,tiba-tiba melepas jilbabnya dan terjun
bebas ala jahiliyah. Seorang aktivis dan giat berdakwah tak di sangka
dapat berubah sedemikian itu dan bahkan lebih parah dari orang awam.
Yang dahulunya rajin ibadah dan pada akhirnya surut dan meninggalkan
amalan kebaikan.
Tentunya semua ini bukan tanpa sebab
pasti ada faktor-faktor yang mempengaruhi dalam ghirah/semangat kita
dalam menjalankan aktivitas dan amalan kebaikan. hal-hal yang harus
kita waspadai adalah :
1. Salah niat
Jika
kita merasa semangat kita menurun padahal dahulunya begitu semangat,
yang harus kita evaluasi adalah dengan apa dahulu bisa semangat dan giat
menjalankan ibadah tersebut? Sebab niat melambangkan tujuan, orang
tanpa niat yang jelas tentu akan menghasilkan suatu tujuan yang kurang
sempurna. Jika niatnya karena Allah -ta'ala- semata insyaAllah akan
mendapatkan ridha dariNya, akan tetapi apabila niatnya dan tidak sesuai
harapan tidak mustahil semangat akan memudar larut dalam keputusasaan.
Seseorang
yang semangat beribadah agar mendapatkan jodoh, semangat belajar di
saat akan menghadapi ujian sekolah, semangat itu akan mengendur dan
luntur apa bila harapan dan tujuan pupus dan tidak tercapai apa bila
tidak landasi niat untuk ibadah karena Allah -ta'ala-.
Amalan
yang tidak di landasi karena Allah -ta'ala- akan mudah rapuh dan
tumbang dan jatuh di terpa berbagai masalah. Sebab tidak semua amalan
kebaikan akan mendapatkan pujian tapi sebaliknya bisa berupa cemooh dan
cacian yang akan kita dapatkan. benahi hati kita agar senantiasa
meniatkan setiap amalan ibadah karena Allah -ta'ala- dan hanya untuk
mendapatkan ridha Allah -ta'ala- bukan karena mendapatkan pujian sesama
manusia.
2. Berlebihan (ghuluw) dan terlalu bersemangat dalam beribadah
Semua
hamba di perintahkan untuk rajin dan tekun dalam semua ibadah dan
amalan kebaikan. Namun apabila hal ini dilakukan terlalu berlebihan
tanpa ada rehat sedikitpun akan mudah terjangkit penyakit futur.
Dari
Anas bin Malik -radhiallahu 'anhu- bahwa tiga orang datang kerumah
Rasullullah -sholallahu 'alaihi wasallam- dan menayakan tentang ibadah
beliau kepada 'Aisyah -radhiallahu 'anha-. setelah diberitahu mereka
memperbincangkannya, dan ada yang berkata “Nabi saja seperti itu lalu
bagaimana dengan kita?” Padahal beliau sudah pasti mendapatkan jaminan
dan ampunan dunia akhirat yang akan datang!”
Yang lain lagi berkata, ”kalau begitu saya akan shalat malam terus menerus.”
Sementara yang lain lagi berkata, ”saya akan melakukan shaum terus menerus”
Yang lain lagi berkata, ”saya akan menjauh dan tidak akan menikah selamanya.”
Kemudian
Rasullullah -sholallahu 'alaihi wasallam- mendatangi mereka dan
berkata, ”Apakah kalian yang katakan begini dan begini? ketahuilah demi
Allah sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut kepada Allah
-ta'ala- tapi aku berpuasa juga berbuka, shalat dan tidur dan menikah
dengan wanita pula, barang siapa yang membenci sunnahku maka bukan
termasuk golongan dari umatku”.
Semestinya segalanya juga
harus berjalan dengan imbang, beribadah juga harus menjaga kesehatan
juga hak untuk rehat dan Allah menyukai orang-orang mukmin yang sehat
lagi kuat. Thalabul ilmi (mencari ilmu) tapi juga tidak melalaikan
orang tua dan berbakti kepadanya, berdakwah tapi juga memperhatikan hak
dan kewajiban keluarga istri dan anak-anaknya. Kadang disibukkan
dengan dakwahnya lupa akan hak dan kewajiban terhadap keluarga orang
tua juga lalai akan ruiyah diri sendiri.
Membaca
Al-Qur’an dan membaca dzikir pagi petang adalah salah satu pengingat
kita untuk menumbuhkan semangat dan dekat kepada Allah -ta'ala- dan
sunnah Rasullullah -sholallahu 'alaihi wasallam-.
3. Tidak disipin dalam menjalankan amalan keseharian
Misalnya
tidur hingga tidak menjalankan shalat fardhu tepat waktu, meninggalkan
tilawah al-Qur’an atau dzikir-dzikir seperti al-matsurat sehingga akan
muncul suatu penyakit yaitu futur atau malas malasan, lemah iman dan
merasa berat untuk melaksankan amalan kebaikan.
4. Tidak ada persiapan mental dan menghadapi cobaan yang menerpa
Dalam
kehidupan sehari-hari banyak hal yang kita hadapi, ada yang baik ada
yang buruk. Ada yang menguntungkan dan ada pula yang merugikan,
datangnya pun kadang dari anak kita sendiri, istri kita sendiri dan
mungkin orang lain.
Kalau kita tidak siap maka akan
berakibat fatal, disaat kita diterpa masalah, bagai hujan dan petir
yang tiba-tiba menyambar. masalahpun menerpa dan mengguncang dalam
kehidupan kita. dan kita harus tetap istiqamah.
Bila
dibiarkan akan terjadi sikap yang buruk dan frustasi, uzlah atau
menyendiri dan sampai menyangkut ketauhidan seseorang seakan
mengingkari akan takdir Allah -ta'ala- akan takdirNya. Seharusnya
jadikan masalah itu sebagai ujian untuk lebih dekat kepada sang kholik.
Allah berfirman :
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ
Artinya
: "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum
nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata
orang-orang yang sabar." (QS Ali Imran :142)
Jihad dapat berarti:
- berperang untuk menegakkan Islam dan melindungi orang-orang Islam;
- memerangi hawa nafsu;
- mendermakan harta benda untuk kebaikan Islam dan umat Islam;
- Memberantas yang batil dan menegakkan yang Hak.
5. Tidak sistematik dan acak-acakan
Pekerjaan
dan aktifitas yang acak-acakan akan memicu permasalahan dan kemalasan,
seseorang yang tidak bisa mendahulukan mana yang paling utama dan di
prioritaskan dan mana yang bisa di tunda untuk dilaksanakan kemudian.
Akibatnya pekerjaan amburadulm rasa malas pun menyelimuti dan setan pun
mudah masuk dalam hati membisikkan untuk mengalihkan akidah kita dan
ibadah kita. jadi kita akan sia-sia mengerjakan itu.
Tetaplah dijalur yang benar
Beberapa
hal di atas merupakan hal yang memicu penyakit futur yang harus
diwaspadai sebagai tindakan preventif agar kita bisa terhindar darinya.
Namun ada solusi menarik dalam salah satu riwayat Al-Bazzar:
“Sesungguhnya
setiap amalan kebaikan ada masa rajinnya dan adapula masa-masa
surutnya. siapa yang ketika semangatnya dalam sunnahku maka ia
mendapatkan petunjuk dan barang siapa masa surutku di luar sunnahku maka
ia telah tumbang dan binasa." (HR.Al-Bazzar)
Artinya
saat semangat dalam menjalankan ibadah surut, kita segera mengganti
ibadah yang lain yang jauh lebih bermanfaat bukan ibadah yang sia-sia.
Sebagai contoh kita membaca artikel islami atau membaca buku dalam
pertemuan atau kajian, atau rihlah (piknik). semua itu sekedar
memotivasi dan membangkitkan ghirah kita untuk lebih konsisten akan
aktifitas beribadah kepada Allah -azza wa jalla-.
Penulis : Wahyu Ragil
Sumber : http://www.majalah.nurhidayahsolo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar